Thursday, April 5, 2007

POTENSI WISATA ALAS PURWO

Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) dikenal sebagai semenanjung Blambangan, terletak di kecamatan Tegaldlimo dan kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis TNAP berada pada 8° 26’ 45” - 8° 47’ 00” LS dan 114° 20’ 16” - 114° 36’ 00” BT, merupakan salahsatu kawasan pelestarian alam di Indonesia. Penetapan status taman nasional berdasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 283/Kpts. 11/1992 tanggal 26 Februari 1992. Balai TNAP juga mengelola kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen, dan terdiri dari 3 seksi konservasi wilayah yang meliputi Rowobendo, Muncar dan Kawah Ijen.

Kawasan perlindungan yang terleta di ujung timur pulau jawa ini mempunyai luas wilayah 43.420 Ha yang terbagi menjadi 4 sistem zonasi, yaitu zona inti (sanctuary zone) dengan luas 17.200 Ha, zona rimba (wilderness zone) seluas 24.767 Ha, zona pemanfaatan (intensive use zone) seluas 250 Ha dan zona penyangga (buffer zone) dengan luas 1.203 Ha. Topografi lahan secara umum datar, bergelombang ringan hingga berat dengan puncak tertinggi Gunung Linggamanis (322 m diatas permukaan laut). Rata-rata curah hujan yang mengguyur kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati ini mencapai 1000-1500 mm per tahun, dengan wilayah barat menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah timur. Temperatur udara berkisar 22-31 °C dengan kelembaban udara 40-85 persen.

Beberapa tempat wisata di Alas Purwo:

SADENGAN
Merupakan lokasi padang penggembalaan yang ditanami rumput lamuran dengan luas 80 Ha. Di Sadengan disediakan menara pengintai untuk menyaksikan atraksi satwa yang sedang merumput, antara lain Banteng (Bos Javanicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Rusa (Cervus timorensis), Merak (Pavo muticus), Babi Hutan (Sus scrofa), dan jenis-jenis burung. Waktu yang terbaik untuk pengamatan adalah pukul 05.00-07.00 WIB dan 16.00-18.00 WIB. Para pengunjung Sadengan dapat menggunakan kendaraan roda empat/dua menuju parkir yang disediakan agar tidak mengganggu kehidupan satwa liar yang ada di padang penggembalaan.

PURA LUHUR GIRI SALAKA
Tempat persembahyangan umat Hindu, berada di jalan masuk menuju ke Triangulasi, merupakan salah satu pura peninggalan sejarah yang sampai sekarang masih dipakai oleh umat Hindu untuk acara keagamaan yaitu upacara Pager Wesi yang diadakan setiap 210 hari sekali. Pager Wesi merupakan upacara penyelamatan ilmu pengetahuan yang diturunkan oleh para dewa dari ancaman raksasa yang akan memangsa. Sehingga dalam upacara tersebut ada yang disebut prosesi Palemahan, Pawongan dan Kayangan. Palemahan adalah membuang sesaji ke tanah agar dimakan oleh Betarakala. Pawongan merupakan upacara untuk umat Hindu dalam menerima ilmu sedangkan Kayangan merupakan upacara tanda syukur kepada Sang Dewa yang telah memberikan ilmu pengetahuan. Sebelumnya diambil air dari tiga sumber; Kucur, Pancur dan Air Laut. Ketiganya merupakan air suci ( pertemuan air gunung dan air laut ) bagi umat Hindu yang akan melaksanakan upacara Pager Wesi. Untuk itu air tersebut harus diarak dengan berbagai gamelan khas Hindu dari tempat pengambilan sampai ke Pura Luhur Giri Salaka.

GOA ISTANA
Setidaknya di TNAP ada sekitar 40 goa, namun yang sangat terkenal adalah Goa Istana. Goa ini terletak dua kilometer di sebelah utara Pancur. Goa ini ramai dikunjungi karena dipercaya sebagai tempat kekuatan supranatural untuk semedi maupun hanya untuk berziarah.

PANCUR
Terletak di sebelah Timur Trianggulasi, berjarak ± 3 km dan merupakan camping ground yang dapat menampung 4 buah tenda berukuran 4 x 6 m2 (60 – 100 orang). Dinamakan Pancur karena ada sungai yang mengalir sepanjang tahun ke laut melalui pantai yang agak terjal sehingga membentuk Pancuran.

PLENGKUNG
Terletak disebelah Selatan Pancur (± 8,3 km), dapat dijangkau dengan jalan kaki (± 2 jam) atau menggunakan angkutan khusus (± 0,5 jam). Di sepanjang jalan terlihat pantai berpanorama indah dengan flora khas Sawo Kecik (Manilkara kauki). Plengkung mempunyai keunikan tersendiri dengan ombak yang sangat bagus untuk olah raga selancar (surfing). Menurut para peselancar dunia, ombak di Plengkung termasuk 5 besar terbaik dunia dan telah 4 (empat) kali dijadikan even tingkat internasional.

TRIANGULASI
Diambil dari nama tugu Triangulasi / titik ikat yang terletak di dekat pantai. Pantai Triangulasi merupakan pantai yang indah panoramanya, berpasir putih, dengan formasi hutan pantai yang didominasi oleh pohon Bogem serta Nyamplung. Apabila beruntung pengunjung dapat menikmati suasana Sunset. Walaupun mempunyai ombak yang besar, namun Pantai Triangulasi kurang cocok untuk olahraga surfing (selancar) dan berbahaya untuk mandi, disini juga tersedia fasilitas penginapan berbentuk rumah panggung berdinding kayu yang apik. Ada sekitar lima pesanggrahan dengan tarif menginap berkisar Rp. 22.500,- sampai Rp. 33 ribu per orang per malam. Bagi yang suka mancing (fishing) bisa mendapatkan kepuasan tersendiri disini dengan mendapatkan ikan yang lumayan besar dan banyak.

PANTAI NGAGELAN
Terletak di sebelah Barat Triangulasi berjarak ± 5,2 km dan merupakan tempat penangkaran penyu semi alami dan pendaratan 4 jenis penyu yang akan bertelur. Jenis-jenis Penyu tersebut antara lain adalah Penyu Lekang / Abu-abu (Lepidochelys olivaceae), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Belimbing (Dermochelys coreacea) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas). Diantara keempat Penyu tersebut, Penyu Lekang/Abu-abu adalah yang terbanyak mendarat dan bertelur di Pantai Ngagelan. Ngagelan bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat / dua dari Pos Rowobendo menuju ke arah Barat atau dijangkau dari Triangulasi dengan berjalan kaki melalui pantai sepanjang ± 8 km. Penyu ini merupakan species yang dilindungi karena termasuk dalam daftar appendix 1 (satwa langka) sehingga tidak dapat diperjualbelikan.

Baca juga: Flora dan Fauna Alas Purwo

1 comment:

indohoy said...

thank's info tempat wisata nya :)