Thursday, April 12, 2007

FOTO WISATA KAWAH IJEN


SELAMAT DATANG DI WISATA KAWAH IJEN




POS PENGINAPAN DI PALTUDING




JALAN MENUJU KE PUNCAK KAWAH IJEN



MASYARAKAT SEKITAR YANG MENAMBANG BELERANG



ASYIKNYA DI PUNCAK KAWAH IJEN

FOTO WISATA MERU BETIRI

SELAMAT DATANG DI WISATA MERU BETIRI (BANDE ALIT)




PETA JALUR WISATA MERU BETIRI




DIDEPAN PINTU GERBANG PANTAI BANDE ALIT




KAMERAMEN SCTV MEREKAM AKTIVITAS PENYU DI SUKAMADE, TN. MERU BETIRI




MENJELAJAHI RIMBA BANDE ALIT



MEMOTRET TUNAS BUNGA RAFFLESIA (rafflesia zollingeriana)



ASYIKNYA MEMANCING DI PANTAI BANDE ALIT



PANTAI BANDE ALIT NAN INDAH


FOTO WISATA ALAS PURWO

SELAMAT DATANG DI ALAS PURWO




MENARA PENGINTAI SATWA DI SANDENGAN





WISMA PENGINAPAN DI TRIANGULASI

PAKET WISATA ALAM DAN HUTAN

RAFLESIA membuka kesempatan seluas-luasnya bagi anda yang ingin menikmati pemandangan alami hutan dan satwa, maupun bagi anda yang hobi fotografi ingin mencari petualangan baru memotret satwa liar dan pemandangan landscape. Kami akan mengantarkan anda, karena kami yang mengelola wisata ini merupakan Wartawan, Fotografer dan Pecinta Lingkungan.

Berikut tarif/paket Wisata Alam dan Hutan
Paket 2 hari

KAWAH IJEN (2 Hari 1 Malam) : Rp. 1.500.000,-*
BALURAN (2 Hari 1 Malam) : Rp. 1.500.000,- *

NB :* harga hanya untuk 2 orang

Paket 3 hari

ALAS PURWO (3 Hari 2 Malam) : Rp. 3.500.000, -*
BANDE ALIT (3 Hari 2 Malam) : Rp. 3.500.000,-*
KAWAH IJEN (3 Hari 2 Malam) : Rp. 2.000.000,-*
BALURAN (3 hari 2 Malam) : Rp. 2.000.000,-*


NB: * harga untuk 2 orang

Fasilitas :
Transportasi selama perjalanan
Akomodasi
Makan selama perjalanan
Travel Insurance
Free Foto dokumentasi selama kegiatan



Informasi lebih lanjut, hubungi :

Pepi Wicaksono Aran D, S.Sos (085236850090)
R. Dewanto Nusantoro, SH (08124959636) raflesia_jbr@yahoo.com

Email : raflesia_jbr@yahoo.com atau cam_f3@yahoo.co.id

CARA PENCAPAIAN LOKASI

Cara pencapaian lokasi Taman Nasional Baluran, yaitu :
  • Banyuwangi-Batangan dengan jarak 35 km, yang dilanjutkan ke Bekol dengan waktu 45 menit (12 km) atau
  • Situbondo-Batangan dengan jarak 60 km dengan menggunakan mobil.

Menurut Keputusan Menteri Kehutanan No. 878/Kpts-II/92 tanggal 8 September 1992, setiap pengunjung/kendaraan yang memasuki kawasan taman nasional diwajibkan membayar pungutan karcis masuk sbb :

  • Pengunjung biasa Rp. 7000,-
  • Rombongan 25 orang atau lebih Pelajar, Mahasiswa, Peneliti Rp. 5000,-
  • Kendaraan Roda 2 (dua) Rp. 5000,-
  • Kendaraan Roda 4 (empat) Rp. 10.000,-
  • Kendaraan Air s/d 40 PK Rp. 10.000,-
  • Kendaraan Air 41-80 PK Rp. 15.000,-
  • Kendaraan Air 80 PK keatas Rp. 30.000,-

FLORA DAN FAUNA BALURAN

Taman Nasional Baluran merupakan satu-satunya kawasan di Pulau Jawa yang memiliki padang savana alamiah. Luasnya ± 10.000 Ha atau sekitar 40% dari luas kawasan.

Kawasan Baluran mempunyai ekosistem yang lengkap yaitu Hutan Mangrove, Hutan Pantai, Hutan Payau/Rawa, Hutan Savana dan Hutan Musim (daratan tinggi dan dataran rendah).
Tumbuhan khas Baluran adalah pohon Widoro bekol (Zizyphus rotundifolia), tumbuhan lainnya adalah Asam (Tamarindus indica), Gadung (Dioscorea hispida), Pilang (Acacia leucophloea), Kemiri (Aleuritas moluccana), Kepuh (Sterculia foetida), Gebang (Schoutenia ovata), Mimbo (Azadirachta indica), Kesambi (Schleicera oleosa), Lontar (Borassus sp) dan lain-lain.

Di kawasan ini terdapat sekitar 155 jenis burung yang sudah langka antara lain Walet ekor jarum (Hirundapus caudacutus), mamalia besar yang merupakan satwa langka adalah Banteng (Bos javanicus) dan Ajag (Cuon alpinus), satwa lainnya yang terdapat di Baluran adalah Babi hutan (Sus sp), Kijang (Muntiacus muntjak), Rusa (Cervus timorensis), Macan tutul/Kumbang (Felis pardus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), Lutung (Presbytis cristata), Kera abu-abu (Macaca fascicularis), Burung merak (Pavo muticus), Ayam hutan (Gallus sp) dan lain-lain.

Obyek Wisata Baluran

Memasuki gerbang pintu kawasan Taman Nasional Baluran, setiap pengunjung dapat melihat seputar informasi Taman Nasional Baluran di Pusat Informasi untuk mendapat penjelasan secara singkat tentang potensi Taman Naasional Baluran dan atau dapat menyaksikan Program Slide di Batangan. Adapun obyek wisata yang menarik yang ada di Taman Nasional Baluran adalah :

Bekol
Dari gerbang pintu masuk (Batangan) menuju ke Bekol sekitar 12 km perjalanan dengan jarak temupuh memakai kendarana roda empat sekitar 1.5-2 jam. Di Bekol terdapat menara pandang di puncak bukit Bekol yang berketinggian 64 m dari permukaan laut, dari menara ini dapat dilihat berbagai jenis satwa seperti Merak, Ayam hutan, Banteng, Kerbau liar, Rusa, Kijang, Babi hutan dan lain-lain pada waktu pagi dan sore hari serta pemandangan yang indah di sekitar kawasan Baluran. Fasilitas lain yang terdapat di Bekol adalah 3 buah Pesanggrahan dengan kapasitas 28 Orang, Shelter, Musolla, Barak Jagawana, Pos jaga, Kantin dan Tempat parkir.

Pantai Bama
Dari Bekol menuju Pantai Bama tidaklah jauh, hanya sekitar 3-5 km. Pantai Bama merupakan pantai yang landai dan berpasir putih, formasi terumbu karang dan ikan hias yang indah dan di sini dapat melakukan kegiatan Snorkling.
Fasilitas lain yang tersedia 3 buah Pesanggrahan dengan kapasitas 20 orang, Shelter, Jalan trail, kantin, Menara pandang dan Tempat parkir.
Di sekitar Pantai Bama dapat disaksikan atraksi satwa seperti kerbau liar, kijang, rusa, babi hutan yang sedang minum di sendang atau seang mencari makan. Ada juga biawak di sekitar mangrove pantai Bama, ratusan Kera yang sedang mencari makan di daerah pantai pada waktu air laut sedang surut, dan sebagainya.

Di samping satwa dapat pula disaksikan jenis-jenis flora seperti :

  • Formasi hutan Mangrove yang masih utuh
  • Pohon Soneratia (Bakau) terbesar di Dunia (keliling 450 cm)

Sedangkan untuk wisata bahari pengunjung dapat melakukan kegiatan :

  • Berperahu menyusur pantai
  • Berkano/Bersampan
  • Berenang
  • Diving/Snorkling

TAMAN NASIONAL BALURAN

Taman Nasional Baluran merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan.
Ditetapkan sebagai Taman Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 096/Kpts-II/1984 tanggal 12 Mei 1984 dan berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor : 46/Kpts-II/VI-Sek/1984 tanggal 11 Desember 1984, wilayah kerjanya meliputi kawasan Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo dan Cagar Alam/Taman Wisata Kawah Ijen.

Sejarah Taman Nasional Baluran
Upaya penunjukan kawasan Baluran menjadi suaka margasatwa telah dirintis oleh Kebun Raya Bogor sejak tahun 1928, rintisan tersebut didasarkan kepada usulan AH. Loedeboer yang menguasai daerah tersebut yang sebelumnya daerah ini sebagai lokasi perburuan.
Tahun 1937 kawasan Baluran ditetapkan sebagai suaka margasatwa dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Nomor : 9 tahun 1937 (Lembaran Negara No. 544 tahun 1937).
Tujuan dijadikannya kawasan Baluran sebagai suaka margasatwa pada waktu itu adalah untuk melindungi berbagai jenis satwa langka dari kepunahan.
Pada tahun 1980 bertepatan dengan hari Pengumuman Strategi Pelestarian Dunia, Suaka Margasatwa Baluran dideklarasikan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia sebagai taman nasional.

Gambaran Umum
Taman Nasional Baluran dengan luas 25.000 Ha terletak diantara 114' 18" - 114' 27" BT dan 7' 45" - 7' 57" LS. Daerah ini terletak di ujung Timur Pulau Jawa. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Bajulmati dan sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Kelokoran.
Iklimnya bertipe Monsoon yang dipengaruhi oleh angin Timur yang kering. Curah hujan berkisar antara 900-1.600 mm/tahun, dengan bulan kering per tahun rata-rata 9 bulan. Antara bulan Agustus s/d Desember bertiup angin cukup kencang dari arah Selatan.
Pada bagian tengah dari kawasan ini terdapat Gunung Baluran yang sudah tidak aktif lagi. Tinggi dinding kawahnya bervariasi antara 900-1.247 m, dan membatasi kaldera yang cukup luas.

PANTAI BANDE ALIT

Pantai Bandealit merupakan pantai yang terletak di kawasan Taman Nasional Meru Betiri yang indah panorama alamnya. Pantai ini terletak di sebelah selatan kota Jember, tepatnya 35 km dari pusat kota. Pantai yang bersebelahan dengan Pantai Sukamade (Pantai Tempat Penangkaran Penyu) dikenal akan tenangnya ombak yang berpadu dengan keindahan flora. Pantai Bandealit sangat cocok bagi pengunjung yang menyenangi olahraga alam karena medan menuju ke pantai cenderung menantang.

Bila mau menuju ke Pantai Bande Alit dari Surabaya, kita menuju ke kota Jember, kemudian berhenti di daerah Ambulu (Jember). Di Ambulu ini merupakan tempat (pos) untuk mengurus perizinan menuju ke Pantai Bande alit. Setelah itu dengan menggunakan mobil menuju ke Curahnongko baru terakhir di Bandealit dengan waktu tempuh dari Ambulu ke Bande Alit kira-kira tiga jam (31 km).

Wisata apa yang bisa dilakukan di Pantai Bande Alit ini?
Di Bandealit para pengunjung dapat melakukan kegiatan lintas alam, memancing dan olahraga bahari seperti selancar angin, bermain kano. Lintas alam yang anda lakukan salahsatunya bisa dengan menyelusuri gua peninggalan balatentara Jepang. Bagi, penyuka fotografi, suasana panorama keindahan pantai dan hutan sangat bagus bagi fotografer. Tantangan terbaru bagi fotografer yaitu membidik satwa yang ada di Bande Alit, diantaranya Banteng (Bos Javanicus).

SUKAMADE

Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) terletak di pantai selatan Jawa Timur yaitu masuk dalam dua kabupaten yakni Jember dan ujung timurnya di Banyuwangi dengan luas mencapai 50.000 hektare. Namanya diambil dari gunung tertinggi yang terdapat di dalamnya Gunung (meru) Betiri (1.223 m). Selain dapat melihat lima jenis penyu yang kerap menyambangi pantai ini, di sana juga masih ada harimau Jawa (kabarnya). Selain itu juga bisa disaksikan banteng, macan tutul, kijang, dan berbagai jenis monyet. Dari jenis burung terdapat burung merak, berbagai elang dan rangkong. Selain itu, flora di sini mencakup Rafflesia zollingeriona dan Balanphora fungosa.

Pemandangan indah dengan pantai menawan bisa dilakukan di Teluk Hijau. Bagi yang tidak puas dengan petualangan menyaksikan penyu bertelur dapat melakukan kegiatan lain, diantaranya. menjelajah hutan di seputar Bandealit dan Gunung Gendong. Juga bisa panjat tebing dan meniti tali turun tebing di tebing pantai Bandealit.

Kawasan ini dilestarikan dalam bentuk kawasan lindung sejak 1972. Hingga tahun 1979 telur penyu di Sukamade masih diburu oleh para pengumpulnya. Namun, sekarang pengumpulan, pemindahan anakan, dan penangkapan penyu dilarang keras, karena Penyu hijau termasuk satwa yang dilindungi. Menurut laporan penelitian WWF (World Wide Fund for Nature), Penyu hijau yang paling umum bersarang di Sukamade. Dan dari data kadang ada ada beberapa jenis yang absen bertelur selama beberapa tahun, namun kemudian kembali lagi.

Penyu akan menghindar pantai jika saat ia hendak mendarat untuk bertelur terdapat sorotan lampu. Ini sebabnya mengapa ditetapkan jarak yang jauh untuk mendekati pantai Sukamade yaitu dengan cara berjalan kaki. Bagi pemilik mobil jenis sedan, sebaiknya tidak usah melakukan penjelajahan di rimba Meru Betiri hingga Pantai Sukamade, karena setelah masuk pintu pos Meru Betiri, jalan tak lagi beraspal. Bukan lagi jalan makadam, tapi jalan penuh bebatuan runcing. Bahkan, untuk sampai ke Pantai Sukamade, mobil wisatawan akan melewati lima anak sungai yang airnya setinggi lutut orang dewasa, belum lagi kalau musim hujan bisa sampai setinggi mobil jeep.

Medan berat menuju ke lokasi Sukamade bisa dilalaui mobil jeep. Karena penuh petualangan, pemilik jeep sewaan membuka seluruh kap, dan menggantinya dengan atap terpal. Jadilah, wisata ke Teluk Hijau dan Pantai Sukamade sebagai wisata penuh tantangan.
Untuk akses menuju SUKAMADE dapat melalui kota Banyuwangi. Jarak antara Banyuwangi ke Sukamade sekitar 98 kilometer. Atau bisa baca di Cara Pencapaian Lokasi MeruBetiri.

CARA PENCAPAIAN LOKASI

Ada beberapa jalan alternatif cara pencapaian ke lokasi Taman Nasional Meru Betiri, diantaranya :

  • Dari Surabaya-Jember-Ambulu dengan waktu lima jam (225 km) menggunakan mobil, kemudian dari Ambulu-Curahnongko-Bandealit dengan waktu tiga jam (31 km)
  • Dari Surabaya-Banyuwangi-Jajag dengan waktu enam jam (342 km), kemudian dari Jajag-Sarongan-Sukamade dengan waktu tiga jam (60 km).

Obyek Wisata Meru Betiri

Taman Nasional Meru Betiri mempunyai beberapa obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, diantaranya yaitu:

  • Pantai Rajegwesi : Wisata bahari, berenang, pengamatan satwa/tumbuhan dan wisata budaya (nelayan tradisional).
  • Sumbersari : Grazing area seluas 192 hektar untuk melihat atraksi satwa seperti sambar, rusa, kijang dan laboratorium alam untuk kegiatan penelitian.
  • Pantai Sukamade : Melihat atraksi penyu yang sedang bertelur, berkemah, selancar angin dan pengamatan tumbuhan/satwa.
  • Teluk Hijau : Menjelajahi hutan, wisata bahari dan berenang.
  • Pantai Bande Alit : Menjelajah hutan, mancing, atraksi satwa, perkebunan, bermain kano, berenang.


TAMAN NASIONAL MERU BETIRI

Taman Nasional Meru Betiri merupakan perwakilan ekosistem mangrove, hutan rawa, dan hutan hujan dataran rendah di Jawa.

Taman nasional ini merupakan habitat tumbuhan langka yaitu bunga raflesia (Rafflesia zollingeriana), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya seperti bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp.), waru (Hibiscus tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum), rengas (Gluta renghas), bungur (Lagerstroemia speciosa), pulai (Alstonia scholaris), bendo (Artocarpus elasticus), dan beberapa jenis tumbuhan obat-obatan.
Selain itu, Taman Nasional Meru Betiri memiliki potensi satwa dilindungi yang terdiri dari 29 jenis mamalia, dan 180 jenis burung. Satwa tersebut diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus javanicus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis russa), bajing terbang ekor merah (Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu ridel/lekang (Lepidochelys olivacea).

Taman Nasional Meru Betiri terkenal sebagai habitat terakhir harimau loreng Jawa (Panthera tigris sondaica) yang langka dan dilindungi. Sampai saat ini, satwa tersebut tidak pernah dapat ditemukan lagi dan diperkirakan telah punah. Punahnya harimau loreng Jawa berarti punahnya tiga jenis harimau dari delapan jenis yang ada di dunia (harimau Kaspia di Iran, harimau Bali dan harimau Jawa di Indonesia).

Taman nasional ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu merupakan habitat penyu belimbing, penyu sisik, penyu hijau, dan penyu ridel/lekang di Pantai Sukamade. Di pantai tersebut dibangun beberapa fasilitas sederhana untuk pengembangbiakan penyu agar tidak punah.

Wednesday, April 11, 2007

PENCAPAIAN LOKASI / AKSESIBILITAS

Kawah Ijen
Kawasan CA/TWA Kawah Ijen dapat ditempuh dari 3 kota seperti dari Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso dengan menggunakan roda 4 atau roda 2.

Cara Pencapaian :

NAMA TEMPAT Km KETERANGAN (menit) SARANA

Alternatif 1
Banyuwangi - Licin 15 30 (kendaraan bermotor)
Licin - Paltuding 18 60 (kendaraan bermotor)
Paltuding - Kawah Ijen 3 90 (jalan kaki)


Alternatif 2
Situbondo - Wonosari 28 25 (kendaraan bermotor)
Wonosari - Sempol 55 90 (kendaraan bermotor)
Sempol - Paltuding 13 30 (kendaraan bermotor)
Paltuding - Kawah Ijen 3 90 (jalan kaki)


Alternatif 3
Bondowoso - Sempol 67 120 (kendaraan bermotor)
Sempol - Paltuding 13 30 (kendaraan bermotor)
Paltuding - Kawah Ijen 3 90 (jalan kaki)



23 km 55 km 15 km
Situbondo ------------> Wonosari ----------->Sempol ----------> Paltuding
30 menit 90 menit 30 menit


15 menit 18 km
Banyuwangi -------------------> Licin --------------------> Paltuding
30 menit 60 menit

FAUNA KAWAH IJEN

Keanekaragaman jenis fauna di kawasan CA/TWA Kawah Ijen yang telah diidentifikasi ada 2 kelas yaitu Mamalia dan Aves. Mamalia terdiri dari 16 jenis, diantaranya adalah Macan Kumbang/Tutul (Panthera pardus), Kucing Hutan/Macan Rembah (Felis bengalensis), Ajag (Cuon alpinus), Lutung Jawa (Trachyoithecus auratus), Lutung Jawa Merah (Trachypithecus auratus phyrha), Tupai Terbang (Petaurista elegan), Kijang (Muntiacus muntjak), Babi Hutan (Sus verrucosus), dan Luwak biasa (Paradoxurus hermaphroditus). Sedangkan jenis burung ada 125 jenis, 21 jenis diantaranya termasuk jenis burung endemik, antara lain adalah Ayam Hutan Hijau (Gallus varius), Walik Kepala Ungu (Ptylinopus porphyreus), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris) dan Kipasan Bukit (Rhipidura euryura). Terdapat 2 jenis burung migran, yaitu Sikatan Emas (Ficedula zanthopygia) dan Sikatan Bubik (Muscicapa daurica). Di kawasan ini terdapat jenis burung yang terancam punah dan berada dalam kondisi genting, yaitu Elang Jawa (Spizaetus bartelsii).

Fauna di Kawah Ijen
Lutung (Trachypithecus auratus)
Primata ini memiliki bulu badan hitam dengan gerakan yang lebih lincah daripada monyet tetapi bersifat penakut dan pemalu. Lutung jantan berjambul tegak di atas kepala, kaki depan lebih panjang daripada kaki belakang. Biasanya hidup berkelompok pada pohon yang rimbun di lapisan atas tajuk. Banyak dijumpai di sekitar Pondok Bunder.

Elang Jawa (Spizaetus bartelzi)
Elang Jawa merupakan burung pemangsa endemik Pulau Jawa. Hewan ini memiliki jambul mahkota dan garis kumis sangat hitam, bagian sisi kepala dan tengkuk merah coklat, punggung dan sayap coklat gelap. Ekor coklat bergaris-garis hitam, kerongkongannya putih dengan bagian tengah bergaris-garis hitam, bagian bawah lainnya keputih-putihan bergaris merah sawo matang. Biasa terlihat di sekitar Totogan.

Ayam Hutan (Gallus sp)
Ayam Hutan yang ditemukan oleh CA/WTA Kawah Ijen ada dua jenis yaitu Ayam Hutan Hijau (Gallus varius), Ayam Hutan Merah (Gallus Gallus). Ayam Hutan Hijau lebih menyukai daerah berumput yang terbuka dan jarang ditemukan di hutan yang lebat, banyak ditemukan di sekitar Paltuding. Sedangkan Ayam Hutan Merah lebih menyukai habitat semak-semak yang setengah terbuka, seperti di sekitar Banyupait.

FLORA KAWAH IJEN

Secara umum tipe hutan di kawasan CA/TWA Kawah Ijen dibagi menjadi 3 berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan air laut, yaitu hutan hujan pegunungan, hutan hujan pegunungan tinggi, dan hutan hujan Sub Alpin.

Hutan hujan pegunungan umumnya didominasi oleh pohon–pohon dari famili Hamammelidaceae, Fagaceae, Magnoliaceae, Ericaceae, serta Coniferae. Hutan hujan pegunungan dibagi menjadi hutan pegunungan basah dan hutan pegunungan kering, didominasi oleh Cemara gunung (Casuarina junghuhniana) yang sebarannya merata dan merupakan ciri khas dari tegakan dataran tinggi.

Potensi flora yang terdapat dalam kawasan CA/TWA Kawah Ijen yang telah teridentifikasi sebanyak 94 jenis, terdiri dari semak (29 jenis), rumput (24 jenis), herba (13 jenis), pohon (12 jenis), epifit (9 jenis), dan perdu (7 jenis). Semak didominasi oleh Euphatorium dan Eidelweiss yang tingginya mencapai 5 m.


Flora di Kawah Ijen
Eidelweiss
Eidelweiss atau yang sering dikenal orang dengan nama bunga abadi merupakan tumbuhan khas CA/WTA Kawah Ijen. Eidelweiss merupakan tumbuhan perintis yang mampu hidup di daerah yang minim zat hara, bahkan di daerah yang pernah terbakar. Meskipun berada di puncak kawah, Eidelweiss tetap dapat berbunga. Ada empat jenis Eidelweiss yang ditemukan di CA/TWA Kawah Ijen, yaitu jenis Anaphalis javanica, A. Maxima, A. Viscida, dan Gnaphalium sp. Eidelweiss yang ditemukan di CA/TWA Kawah Ijen ini ada yang mencapai tinggi 5 meter dan keberadaannya terbatas disekitar kawah.

Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana)
Merupakan tumbuhan asli di kawasan CA/TWA Kawah Ijen yang tumbuh didataran tinggi (1.800 – 2.700 mdpl) sehingga dikenal sebagai flora khas penciri Hutan Pegunungan. Diameternya bisa mencapai lebih dari 1 meter dengan ketinggian ± 40 meter. Pada musim kemarau terlihat seperti tidak berdaun (mozaik) dan mudah terbakar. Populasi terbanyak ditemukan di sekitar Banyupait, Cangkringan dan Widodaren.

Fasinium (Vaccinium varingiaefolium)
Dikenal juga dengan nama Sentigi Gunung/Delima Montak. Tanaman yang berupa pohon kecil yang berkayu keras ini biasa mendominasi Hutan Sub Alpin. Di kawasan CA/TWA Kawah Ijen hanya ditemukan pada ketinggian diatas 2.000 mdpl, yaitu disekitar Kawah Ijen. Bunganya kecil, berwarna ungu gelap, berbentuk seperti lonceng dan berbau seperti almond. Tangkai daun biasanya berwarna merah. Daun tua berwarna hijau, sedangkan daun muda ungu kemerahan.

OBYEK WISATA GUNUNG IJEN

  • PALTUDING
    Paltuding merupakan tempat terakhir yang dapat dilalui dengan kendaraan bagi pengunjung yang akan ke Kawah Ijen. Selain itu juga merupakan batas dua kabupaten, yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, dimana batas tersebut berupa jalan setapak dari Paltuding ke Kawah Ijen.
    Dari Paltuding dapat dilihat pemandangan indah Gunung Ijen, Gunung Merapi, Gunung Widodaren, Gunung Papak dan Gunung Ranti.

  • PONDOK BUNDER
    Dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda berbentuk setengah lingkaran atau yang dalam bahasa Jawa disebut bunder sehingga dinamakan Pondok Bunder.
    Fungsi utamanya untuk mengukur curah hujan per tahun. Selain itu karena udaranya yang sejuk dengan pemandangan alam berupa kaldera Pegunungan Ijen Raksasa (G.Raung, G.Rante, G. Roti, G.Papak, Perkebunan Kalisat, Belawan dan Lijen) dan area bird watching menjadikan Pondok Bunder ini sebagai salah satu tujuan wisata yang disukai pengunjung.

  • KAWAH IJEN
    Berada 3 km dari Paltuding dan merupakan salah satu kawah terbesar dan terindah di Indonesia yang berbentuk elip dengan ukuran 960 m x 600 m dan kedalaman sekitar 200 m dengan volume air 63 juta m3 memiliki pH yang sangat asam (pH 0-2) dan warna air yang berubah-ubah setiap waktu, dimana warnanya didominasi oleh warna hijau atau biru.
    Untuk mencapai bibir kawah cukup sulit karena harus dicapai dengan mendaki lereng yang cukup curam (40° – 60°) dengan jarak ± 27 meter, sehingga sangat cocok bagi pengunjung yang menyukai tantangan.

  • DAM / BENDUNGANBerfungsi untuk menjaga air dalam Kawah Ijen agar tidak meluap. Dari atas dam yang hanya dapat dicapai melalui 210 anak tangga dapat dilihat pemandangan danau Kawah Ijen dengan jelas.

KAWAH IJEN, DANAU KAWAH TERBESAR DI DUNIA

Gunung Kawah Ijen merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Timur yang selalu ramai dikunjungi baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Menikmati alam pegunungan yang indah dan sejuk sering mereka lakukan dengan cara berkemah di Paltuding.
Danau Kawah Ijen merupakan sebuah danau yang terletak di bagian puncak gunung Ijen. Karena proses letusan gunung Ijen, kawah tersebut dipenuhi oleh air sehingga terbentuklah danau kawah yang sangat indah dan menakjubkan. Danau kawah dengan airnya yang berwarna hijau toska dan ber-pH sangat asam. Di sebelah tenggara danau terdapat lapangan solfatara yang merupakan dinding danau Kawah Ijen dan di bagian barat terdapat Dam Kawah Ijen yang merupakan hulu dari Kali Banyupait.
Lapangan solfatara Gunung Kawah Ijen yang selalu melepaskan gas vulkanik dengan konsentrasi sulfur yang tinggi dan bau gas yang kadang menyengat dan mengiritasi saluran pernafasan ini merupakan objek wisata yang tak pernah terlewatkan untuk didatangi, bahkan tempat ini disiang hari tak pernah sepi karena selalu terdapat penambang belerang yang mengambil dan mengangkut/memikul sublimat belerang sampai di Paltuding.
Dam Kawah Ijen merupakan bagian dari objek wisata menarik tetapi tidak selalu dikunjungi oleh wisatawan dikarenakan antara lain pencapaiannya yang sulit disebabkan jalan menuju kesana sering rusak karena terjadi longsor. Dam Kawah Ijen adalah bangunan beton yang dibangun sejak jaman penjajahan Belanda dan dimaksudkan untuk mengatur level air danau agar tidak menyebabkan banjir air asam. Tetapi bendungan ini sekarang tidak berfungsi karena air tidak pernah mencapai pintu air disebabkan terjadinya rembesan/bocoran air danau di bawah dam.
Terjadinya rembesan yang terus menerus ini mengakibatkan terjadi proses pembentukan gypsum dari hasil reaksi sulfat yang terkandung dalam air danau dengan senyawa Kalsium baik dari air tersebut maupun dengan Kalsium dari batuan yang dilewati dan proses penguapan yang juga mempercepat pembentukannya. Lapangan Gipsum dapat menjadi salah satu objek wisata yang menarik bila dikelola secara professional.
Perjalanan wisata ke kawah Ijen, dimulai dari Paltuding 1,600 mdpl, sebuah pos Perhutani di kaki gunung Merapi- Ijen. Dari sini jalan tanah terus menanjak ke ketinggian 2,400m dpl dengan waktu tempuh 1.5 - 2 jam jalan santai. Sepanjang perjalanan banyak berpapasan dengan pemikul belerang yang ramah bertukar salam. Tiba di bibir kawah, sebuah danau hijau tosca dengan diameter 1 km berselimutkan kabut dan asap belerang berada jauh dibawah. Untuk bisa menuju ke sumber penghasil belerang tsb, harus menuruni bebatuan tebing kaldera melalui jalan setapak yang dilalui para penambang. Sapu tangan basah sangat diperlukan, karena seringkali arah angin bertiup membawa asap menuju ke jalur penurunan.
Didasar kawah, sejajar dengan permukaan danau terdapat tempat pengambilan belerang. Asap putih pekat keluar menyembur dari semacam pipa besi yang dihubungkan ke sumber belerang. Lelehan 600oC fumarol berwarna merah membara meleleh keluar dan membeku karena udara dingin, membentuk padatan belerang berwarna kuning terang. Terkadang bara fumarol menyala tak terkendali, yang biasanya segera disiram air untuk mencegah reaksi piroporik berantai. Batu-batuan belerang ini dipotong dengan linggis dan diangkut kedlm keranjang. Para penambang umumnya bekerja sambil menggigit kain sarung atau potongan kain seadanya sebagai penapis udara.
Pendakian ke kawah Ijen umumnya disarankan dimulai pada pagi hari. Demi alasan keamanan, pendakian ke kawah ijen dari Paltuding ditutup selepas pukul 14:00, karena pekatnya asap dan kemungkinan arah angin yang mengarah ke jalur pendakian. Bila melakukan perjalanan di pagi hari, pengunjung disarankan untuk menginap di lokasi terdekat seperti Pondok Wisata di Paltuding yang cukup bersih, atau membuka tenda di bumi perkemahan Paltuding. Jika ingin menikmati suasana perkebunan pegunungan, tempat yang berkesan untuk bermalam adalah Guest House Perkebunan Kopi PTP Nusantara XII di Kalisat, Jampit. Guest house ini terletak didalam kompleks perumahan perkebunan pada ketinggian sekitar 1,200 mdpl. Temparature rata-rata di sekitar kawah Ijen adalah 13 oC di siang hari dan 2 oC di malam hari. di penginapan Paltuding.

TAMAN WISATA KAWAH IJEN

Kawasan Kawah Ijen terletak ditengah cagar alam Kawah Ijen pada jalur jalan dari paltuding sampai sekitar Kawah/kaldera, ditetapkan sebagai taman wisata Kawah Ijen sesuai dengan SK. Menteri Pertanian No. 1017/Kpts/Um/12/1981, tanggal 10 November 1981 dengan luas kawan 92 ha.
Daerah Gunung Ijen terdapat di tiga kabupaten yaitu Bondowoso, Banyuwangi dan Situbondo. Pemukiman penduduk yang paling atas dan dekat dengan Gunung Kawah Ijen adalah desa Kali Anyar, Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso. Dahulu desa Kali Anyar ini termasuk dalam Kecamatan Klabang, namun mulai Januari 2001 dimasukkan dalam kecamatan Sempol. Berdasarkan data tahun 2001 (BPPTK), penduduk Desa Kali Anyar berjumlah 5.065 jiwa yang tersebar di 9 dusun yaitu : Plalangan, Blawan, K. Sengon, K. Gedang, Ler Penang, Sumberejo, G. Blau, Watu Capil dan Curah Macam.
Sementara pemukiman penduduk di Banyuwangi yang dekat dengan Gunung Ijen adalah daerah sepanjang aliran Kali Bendo dan Kali Mailang. Dan pemukiman penduduk Kabupaten Situbondo adalah terletak di sepanjang aliran Kali Banyuputih antara lain kecamatan Banyuputih dan Asem Bagus.
Potensi Wisata Kawah Ijen
Tipe Ekosistem
Sesuai dengan tipe vegetasi Kawasan Taman Wisata Kawah Ijen mempunyai tipe ekosistem hutan. Hutan tropika basah dataran tinggi.
Flora dan Fauna
Flora dominan yang terdapat dilereng gunung adalah cemara gunung (casuarina junghuhniana), sedangkan yang banyak ditemukan di sekitar bibir kawah adalah Mentigi (vaccinium varingiaefolia) dan Edelwiss (anaphalis sp).
Tumbuhan lain Diantaranya Jamuju (podocarpus inbricatus) dan pasang (lithocarpus sp).
Fauna di Taman Wisata Kawah Ijen sangat terbatas, diantaranya beberapa jenis burung pegunungan, Landak (hystrix brachyura javanica), dan kijang (muntiacus muntjak) dapat dijumpai di sekitar paltuding.

Panorama
Panorama yang indah dapat dinikmati di puncak Kawah Ijen berupa pemandangan alam di sekitar kawah, pemandangan kearah kota Bondowoso sambil menikmati udara yang sangat dingin yaitu rata-rata 2 Celcius - 18 Celcius.
Keunikan/Kekhasan
Kawah dengan danau bewarna kehijauan berkombinasi dengan dinding kawah berwarna abu-abu dan kuning keemasan serta hitam, merupakan kekhas-an/keunikan tersendiri.
Disalah satu sisi kawah terdapat sumber gas belerang yang masih aktif mengeluarkan belerang melalui dinding tepi kawah.

Atraksi
Yaitu kita bisa melihat keluarnya belerang dari sisi kawah. Untuk melihat ini harus turun ke tepi bawah kawah melalui jalan setapak yang terjal. Sekitar bulan Agustus-September kita bisa melihat mekarnya bunga Edelwiss. Disamping itu juga dapat melihat aktifitas penambangan belerang di Kawah Ijen oleh penduduk sekitar.

Fasilitas
Fasilitas untuk pengunjung Kawasan Taman Wisata Kawah Ijen yang ada diantaranya Pondok Wisata/penginapan dan Shelter.

Thursday, April 5, 2007

BAGAIMANA KE LOKASI ALAS PURWO

Kawasan Taman Nasional Alas Purwo dapat ditempuh dari beberapa kota besar seperti Banyuwangi dan Jember. Sedangkan khusus ke Plengkung dapat ditempuh lewat darat maupun lewat laut (Grajagan).

Cara Pencapaian :

NAMA TEMPAT Km KETERANGAN (menit) SARANA

Alternatif 1

Banyuwangi - Kalipait 59 120 (kendaraan bermotor)

Kalipait - Pasaranyar 3 5 (kendaraan bermotor)

Pasaranyar - Rowobendo 10 60 (kendaraan bermotor)

Pasaranyar - Trianggulasi 12 90 (kendaraan bermotor)

Trianggulasi - Ngagelan 5,6 30 (kendaraan bermotor)

Trianggulasi - Pancur 3 10 (kendaraan bermotor)

Trianggulasi - Sadengan 2 15 (kendaraan bermotor)

Pancur - Goa Istana 2 25 (jalan kaki)

Pancur - Plengkung 6,8 30 (kendaraan khusus)

Alternatif 2

Jember - Benculuk 80 120 (kendaraan bermotor)

Banyuwangi - Benculuk 30 45 (kendaraan bermotor)

Benculuk - Grajagan 18 30 (kendaraan bermotor)

Grajagan - Plengkung 30 (speedboad)

FAUNA DI ALAS PURWO

Keanekaragaman jenis fauna di kawasan TN Alas Purwo secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 kelas yaitu Mamalia, Aves, Pisces dan Reptilia. Jenis – jenis Reptil telah teridentifikasi sebanyak 20 jenis dan Mamalia sebanyak 31 jenis. Jenis – jenis dari Mamalia diantaranya adalah Banteng (Bos javanicus), Rusa (Cervus timorensis), Ajag (Cuon alpinus), Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), Macan Tutul (Panthera pardus), Lutung (Trachypithecus auratus), Kera Abu-abu (Macaca fascicularis). Banteng merupakan salah satu satwa khas TN Alas Purwo yang banyak terdapat di Padang Penggembalaan Sadengan. Jenis Aves (burung) yang telah berhasil diidentifikasi berjumlah 236 jenis terdiri dari burung darat dan burung air yang beberapa jenis diantaranya merupakan burung migran yang teridetifikasi sebanyak 39 jenis. Jenis burung yang mudah dilihat diantaranya adalah Ayam Hutan (Gallus gallus), Kangkareng (Antracoceros coronatus), Rangkok (Buceros undulatus), Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), dan Merak (Pavo muticus).

Fauna di Alas Purwo
Banteng (Bos javanicus)

Banteng jantan dewasa berwarna hitam dengan tanduk besar dan runcing, sedangkan betina dewasa coklat kemerahan dengan tanduk kecil. Keduanya memiliki bagian pantat dan kaos kaki pada bagian bawah tungkai yang berwarna putih. Makanan utamanya adalah rumput–rumputan serta beberapa vegetasi perdu dan vegetasi berkayu yang pendek. Hidupnya berkelompok namun ada juga yang hidup soliter. Banyak ditemukan di padang penggembalaan Sadengan.

Rusa (Cervus timorensis)
Selain banteng, rusa juga banyak ditemukan di Padang Penggembalaan Sadengan. Rusa Jantan memiliki tanduk dan bulu kulit yang berwarna coklat tua, sedangkan rusa betina tidak bertanduk dengan bulu kulit berwarna coklat kemerahan.

Macan Tutul (Panthera pardus)
Bersifat soliter dan merupakan salah satu satwa karnivora yang langka dan dilindungi. Satwa ini mampu memanjat, berlari cepat, melompat, berenang dan menaklukkan mangsanya dalam gelap. Macam Tutul ini dapat dijumpai di sekitar Kucur, Perpat dan Batu Lawang.

Ajag (Cuon alpinus)
Ajag merupakan satwa predator yang dilindungi. Ajag dewasa berwarna merah sedangkan yang baru lahir berwarna kehitaman dengan ekor relatif panjang. Ajag memiliki ketajaman mata dan telinga sehingga mampu mendeteksi mangsanya saat hari sudah gelap.

Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
Hidup bergelantungan diantara pohon, dahan dan ranting serta kadangkala berjalan-jalan di tanah. Banyak terdapat di Triangulasi, Rowobendo, hutan Marengan, Pancur, Plengkung, Sembulungan, Perpat, dan Slenggrong.

Penyu
Terdapat 4 (empat) jenis yang sepanjang tahun mendarat di Pantai Marengan dan Ngagelan, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), dan Penyu Abu-abu (Lepidochelys olivaceae). Dari keempat jenis penyu ini, Penyu Abu-abu merupakan jenis penyu yang paling banyak mendarat dan bertelur di Pantai Marengan maupun Ngagelan.

Merak (Pavo muticus)
Merak (Pavo muticus) termasuk Aves berukuran besar. Merak jantan memiliki jambul tegak di kepala dan berekor kipas yang sangat panjang dan bulunya memiliki bulatan seperti mata yang berkilau. Merak betina tidak memiliki ekor yang panjang dan warna bulunya kurang bagus. Selama masa kawin, burung betina memilih pasangannya berdasarkan jumlah “mata” pada bulu ekornya bukan berdasarkan kecantikan ekor yang panjang dan berwarna – warni. Merak hijau ini banyak ditemukan di sekitar padang penggembalaan Sadengan dan di hutan jati sekitar Marengan.

Burung Migran (Migratory Birds)
Burung migran ini berasal dari benua Australia yang pada musim dingin pindah ke Indonesia untuk mencari makan dan melakukan kopulasi. Terdapat ± 39 jenis burung dengan jenis-jenis dominan antara lain : Pelikan (Pelicanus consipillatus), Cikalang (Fregata sp), Cerek (Charadrius sp), Trinil (Tringa sp), Gajahan (Numinius sp), Kedidi (Calidris sp) dan Dara Laut (Sterna sumatrana).

FLORA DI ALAS PURWO

Secara umum tipe hutan di kawasan TN Alas Purwo merupakan hutan hujan dataran rendah yang dipengaruhi oleh angin musim. Ciri – ciri hutan musim hujan masih terlihat dengan adanya padang rumput, pohon gebang, dan jenis tumbuhan yang menggugurkan daun di musim kemarau. Sampai dengan tahun 2002 tercatat sebanyak 580 jenis tanaman yang terdiri dari herba, semak, liana, pohon, tumbuhan obat, mangrove (bakau), tumbuhan eksotik, dan jamur. Hutan bambu merupakan formasi yang dominan, hampir 40% dari hutan yang ada didominasi oleh bambu. Salah satu jenis bambu yang khas adalah Bambu Manggong (Gigantochloa manggong).

Selain Bambu Manggong, terdapat tumbuhan langka dan khas di wilayah ini, yaitu Sawo Kecik (Manilkara kauki). Berdasarkan hasil inventarisasi dan penomoran pohon Sawo Kecik tahun 1993 terdapat 449 batang tingkat pohon dan 11.024 batang tingkat anakan. Sawo Kecik tumbuh secara alami tersebar tidak merata sepanjang pantai Selatan mulai dari Parang Ireng sampai dengan Parang Gedek seluas 82,45 Ha dan pantai Timur dimulai dai Payaman sampai Bringin 24 Ha. Sampai dengan tahun 2001 tercatat sebanyak 26 jenis dari 16 famili tumbuhan yang menyusun hutan bakau. Salah satu diantaranya Scyphyphora hydrophyllaceae Gaertn. yang dikenal dengan nama lokal Perpat Lanang. Tumbuhan ini termasuk jenis pohon bakau yang langka yang kayunya dapat digunakan untuk peralatan makan, seperti sendok, sedangkan daunnya dapat digunakan untuk mengobati sakit perut.

Sawo Kecik (Manilkara kauki)
Salah satu flora khas Taman Nasional Alas Purwo yang tingginya bisa mencapai 30 meter. Tajuk tebal, hampir bulat dengan daun berbentuk bulat telur dan berkelompok pada ujung ranting. Sawo kecik merupakan tanaman berumah dua yang penyerbukkannya harus berasal dari 2 jenis tanaman yang berbeda. Banyak ditemukan di sepanjang jalur dari Pancur menuju Plengkung terutama di daerah Parang Ireng.

Ketapang (Terminalia catappa Linn)
Pohon dengan tajuk yang jelas bertingkat dan berbentuk pagoda ini sangat mudah dikenali dan rebusan akarnya dapat digunakan untuk mengobati radang selaput lendir usus, beser dan mejen. Ketapang ini banyak dijumpai di sekitar Pantai Marengan.

Kepuh (Sterculia foetida Wall)
Pohon Kepuh memiliki daun majemuk menjari, beranak daun tujuh dengan bunga berupa malai yang berwarna merah menyala dan berbau busuk. Buahnya termasuk buah bumbung dengan ujung berbentuk paruh, pada saat tua berwarna coklat serta mudah pecah yang akan menyemburkan biji-bijinya yang berwarna hitam.

Bambu Manggong (Gigantochloa manggong)
Flora maskot Kabupaten Banyuwangi ini biasanya hidup di lembah dan lereng dekat dengan aliran air. Dicirikan dengan batang berwarna hijau basah dan tidakberduri, batang atas lebih besar dari pada batang bawah dan jika sudah berbunga satu rumpun akan mati semua namun bunga yang jatuh akan membentuk rumpun baru.

Gebang (Corypha utan Lamk)
Gebang termasuk dalam famili Palmae yang tumbuh lambat dan pada umur 30 atau kadang – kadang 60 tahun baru berbunga. Pohon ini memiliki keunikan, yaitu akan mati bila sudah berbunga.

Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.)
Tumbuhan ini biasanya ditemukan menempel pada pohon karena memiliki batang memanjat atau melata dan akar lekat. Bulir buah berbentuk silinder dan berwarna merah cerah (tua) dengan panjang ± 4 cm. dan biasa digunakan sebagai campuran untuk obat sakit gigi, cuci luka, obat kumur untuk sariawan, peluruh air seni, peluruh kentut, peluruh keringat, penurun panas, pereda kejang, demam, pegal linu, gangguan pencernaan, tolak angin, galian singset dan galian remaja. Jika ditumbuk halus bersama Pulosari dan benggle dapat digunakan sebagai olesan perut untuk wanita yang sedang nifas. Dapat hidup di ketinggian 0 – 600 m dpl, tumbuh baik melilit pada pohon mahoni, johar dan akasia. Biasa dijumpai di sekitar Pos Rowobendo hingga Ngagelan.

Rotan (Calamus sp)
Tumbuhan menjalar ini menyerupai bambu, hanya merupakan batang masif. Biasa digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku kursi, meja, rak, kerajinan tangan maupun hiasan. Banyak terdapat di sepanjang Sunglon Ombo hingga Pancur dan di sekitar Sembulungan, Perpat, Slenggrong, Tanjung Pasir dan Brobos.

Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
Tumbuhan pantai tipe Barringtonia ini memiliki biji yang terbungkus tempurung dan biasa digunakan sebagai manik – manik atau hiasan, berdaun tebal dengan percabangan yang banyak. Terdapat di sepanjang hutan Marengan yang merupakan hutan pantai.

POTENSI WISATA ALAS PURWO

Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) dikenal sebagai semenanjung Blambangan, terletak di kecamatan Tegaldlimo dan kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis TNAP berada pada 8° 26’ 45” - 8° 47’ 00” LS dan 114° 20’ 16” - 114° 36’ 00” BT, merupakan salahsatu kawasan pelestarian alam di Indonesia. Penetapan status taman nasional berdasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 283/Kpts. 11/1992 tanggal 26 Februari 1992. Balai TNAP juga mengelola kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen, dan terdiri dari 3 seksi konservasi wilayah yang meliputi Rowobendo, Muncar dan Kawah Ijen.

Kawasan perlindungan yang terleta di ujung timur pulau jawa ini mempunyai luas wilayah 43.420 Ha yang terbagi menjadi 4 sistem zonasi, yaitu zona inti (sanctuary zone) dengan luas 17.200 Ha, zona rimba (wilderness zone) seluas 24.767 Ha, zona pemanfaatan (intensive use zone) seluas 250 Ha dan zona penyangga (buffer zone) dengan luas 1.203 Ha. Topografi lahan secara umum datar, bergelombang ringan hingga berat dengan puncak tertinggi Gunung Linggamanis (322 m diatas permukaan laut). Rata-rata curah hujan yang mengguyur kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati ini mencapai 1000-1500 mm per tahun, dengan wilayah barat menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah timur. Temperatur udara berkisar 22-31 °C dengan kelembaban udara 40-85 persen.

Beberapa tempat wisata di Alas Purwo:

SADENGAN
Merupakan lokasi padang penggembalaan yang ditanami rumput lamuran dengan luas 80 Ha. Di Sadengan disediakan menara pengintai untuk menyaksikan atraksi satwa yang sedang merumput, antara lain Banteng (Bos Javanicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Rusa (Cervus timorensis), Merak (Pavo muticus), Babi Hutan (Sus scrofa), dan jenis-jenis burung. Waktu yang terbaik untuk pengamatan adalah pukul 05.00-07.00 WIB dan 16.00-18.00 WIB. Para pengunjung Sadengan dapat menggunakan kendaraan roda empat/dua menuju parkir yang disediakan agar tidak mengganggu kehidupan satwa liar yang ada di padang penggembalaan.

PURA LUHUR GIRI SALAKA
Tempat persembahyangan umat Hindu, berada di jalan masuk menuju ke Triangulasi, merupakan salah satu pura peninggalan sejarah yang sampai sekarang masih dipakai oleh umat Hindu untuk acara keagamaan yaitu upacara Pager Wesi yang diadakan setiap 210 hari sekali. Pager Wesi merupakan upacara penyelamatan ilmu pengetahuan yang diturunkan oleh para dewa dari ancaman raksasa yang akan memangsa. Sehingga dalam upacara tersebut ada yang disebut prosesi Palemahan, Pawongan dan Kayangan. Palemahan adalah membuang sesaji ke tanah agar dimakan oleh Betarakala. Pawongan merupakan upacara untuk umat Hindu dalam menerima ilmu sedangkan Kayangan merupakan upacara tanda syukur kepada Sang Dewa yang telah memberikan ilmu pengetahuan. Sebelumnya diambil air dari tiga sumber; Kucur, Pancur dan Air Laut. Ketiganya merupakan air suci ( pertemuan air gunung dan air laut ) bagi umat Hindu yang akan melaksanakan upacara Pager Wesi. Untuk itu air tersebut harus diarak dengan berbagai gamelan khas Hindu dari tempat pengambilan sampai ke Pura Luhur Giri Salaka.

GOA ISTANA
Setidaknya di TNAP ada sekitar 40 goa, namun yang sangat terkenal adalah Goa Istana. Goa ini terletak dua kilometer di sebelah utara Pancur. Goa ini ramai dikunjungi karena dipercaya sebagai tempat kekuatan supranatural untuk semedi maupun hanya untuk berziarah.

PANCUR
Terletak di sebelah Timur Trianggulasi, berjarak ± 3 km dan merupakan camping ground yang dapat menampung 4 buah tenda berukuran 4 x 6 m2 (60 – 100 orang). Dinamakan Pancur karena ada sungai yang mengalir sepanjang tahun ke laut melalui pantai yang agak terjal sehingga membentuk Pancuran.

PLENGKUNG
Terletak disebelah Selatan Pancur (± 8,3 km), dapat dijangkau dengan jalan kaki (± 2 jam) atau menggunakan angkutan khusus (± 0,5 jam). Di sepanjang jalan terlihat pantai berpanorama indah dengan flora khas Sawo Kecik (Manilkara kauki). Plengkung mempunyai keunikan tersendiri dengan ombak yang sangat bagus untuk olah raga selancar (surfing). Menurut para peselancar dunia, ombak di Plengkung termasuk 5 besar terbaik dunia dan telah 4 (empat) kali dijadikan even tingkat internasional.

TRIANGULASI
Diambil dari nama tugu Triangulasi / titik ikat yang terletak di dekat pantai. Pantai Triangulasi merupakan pantai yang indah panoramanya, berpasir putih, dengan formasi hutan pantai yang didominasi oleh pohon Bogem serta Nyamplung. Apabila beruntung pengunjung dapat menikmati suasana Sunset. Walaupun mempunyai ombak yang besar, namun Pantai Triangulasi kurang cocok untuk olahraga surfing (selancar) dan berbahaya untuk mandi, disini juga tersedia fasilitas penginapan berbentuk rumah panggung berdinding kayu yang apik. Ada sekitar lima pesanggrahan dengan tarif menginap berkisar Rp. 22.500,- sampai Rp. 33 ribu per orang per malam. Bagi yang suka mancing (fishing) bisa mendapatkan kepuasan tersendiri disini dengan mendapatkan ikan yang lumayan besar dan banyak.

PANTAI NGAGELAN
Terletak di sebelah Barat Triangulasi berjarak ± 5,2 km dan merupakan tempat penangkaran penyu semi alami dan pendaratan 4 jenis penyu yang akan bertelur. Jenis-jenis Penyu tersebut antara lain adalah Penyu Lekang / Abu-abu (Lepidochelys olivaceae), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Belimbing (Dermochelys coreacea) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas). Diantara keempat Penyu tersebut, Penyu Lekang/Abu-abu adalah yang terbanyak mendarat dan bertelur di Pantai Ngagelan. Ngagelan bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat / dua dari Pos Rowobendo menuju ke arah Barat atau dijangkau dari Triangulasi dengan berjalan kaki melalui pantai sepanjang ± 8 km. Penyu ini merupakan species yang dilindungi karena termasuk dalam daftar appendix 1 (satwa langka) sehingga tidak dapat diperjualbelikan.

Baca juga: Flora dan Fauna Alas Purwo

Tuesday, April 3, 2007

Wisata Alas Purwo

Surga Petualang Alas Purwo

Udara dingin mengalir terbawa angin menyelusup kedalam jaket yang melapisi tubuh. Seketika itu, perlengkapan ‘senjata’ yang sudah disiapkan mulai membidik satwa-satwa yang berkumpul di kawasan Savana Sadengan. Ya, itulah yang dilakukan beberapa pengunjung, bukan ‘senjata’ dalam arti sesungguhnya yang dipakai namun ‘senjata’ para fotografer berupa peralatan fotografi berupa kamera dan lensa untuk mengabadikan satwa liar.

Hamparan padang rumput hijau yang luas dan lebatnya hutan di pegunungan sebagai latar belakangnya, terdengar suara burung membius telinga dan terlihat titik-titik berwarna gelap bergerak perlahan diantara lebatnya rerumputan. Pagi itu, para pengunjung bisa melihat beberapa ekor rusa (Cervus timorensis), kijang (Muntiacus muntjak), burung merak (Pavo muticus) dan satwa yang paling ditunggu yaitu banteng (Bos Javanicus). Sosok banteng yang kekar dengan warna kulit hitam (banteng jantan) dan cokelat kemerahan (banteng betina), keempat tungkai kakinya seolah mengenakan kaus kaki putih, pantat berwarna putih dan tanduk runcing melengkung sebagai mahkota kepalanya ini menjadikan satwa herbivora yang sangat mempesona dan menjadi kebanggaan sekaligus wisata andalan Taman Nasional Alas Purwo.

Jenis obyek wisatanya pun beragam, sehingga pengunjung dapat memilih mana yang cocok. Bagi mereka yang gemar berpetualang, kawasan Taman Nasional Alas Purwo-lah surganya. Bagi penggemar fotografi, berhati-hatilah untuk tidak kehabisan rol film atau lupa men-charge baterai, karena sungguh banyak obyek wisata yang menarik akan sangat disayangkan kalau dilewatkan.

Baca juga: Potensi Wisata Alas Purwo